KABUT oleh :
Marieta Rianthi
Aku terpaku menatapi wajah sendu milik
seorang gadis cantik di sudut sana memandangiku dgn penuh iba dan sedih
membayangi aku mencoba untuk tersenyum. Tentu berusaha dengan sekuat tenaga,
sisa - sisa tenaga yang kumiliki. Wajah itu tersenyum membalasku dan seketika
wajahnya bersemu merah. Dan semakin cantik.
" Kamu tetep ganteng koq,
Sat",bisiknya. Senyumku berubah menjadi seringai lemah, kalimat itu hanya
untuk menghiburku, aku tahu itu. "iya aku emang ganteng koq dari
dulu", jawabku. Lalu menghampirinya dengan tertatih-tatih,mempercepat
langkah dengan susah payah namun apa daya kini aku hanya mempunyai satu kaki
untuk menahan tubuhku. Ia menangis melihatku seperti itu. Bersusah payah hanya
untuk mendekatinya. Tak tahan iapun menyongsongku kemudian memapahku dengan
kedua tangannya yg mungil. Membimbingku untuk duduk bersamanya.
"sayang, akukan bukan cowo yang
manja", aku berbisik lembut padanya. "emang ga boleh ya aku manjain
kamu?!", cetusnya bercampur tangis. "udah dunk,kamu tambah jelek
nangis kayak gitu aku malu ah punya cewe yg jelek", aku meledeknya sambil
tertawa-tawa, tawa yg dipaksakan. "iih...Aku emang jelek,koq", iapun
menghentikan tangisnya.Dengan manjanya dia menggamit lenganku kemudian
menyandarkan diri di bahuku dengan nyaman. "aku kangen banget sama kamu
satria..",bisiknya dengan pandangan yang menerawang.
"iya..Aku
percaya,koq",jawabku. "emang kamu ga kangen sm aku?", tuntutnya.
"hmm..Enggak tuh", balasku dengan nada yang mengejek. "oh..Gitu,
yaudah aku pulang aja deh!",t dk disangka ia menjadi kesal lalu beranjak
pergi melepaskan tanganku dengsn kasar. Aku tertawa melihat tingkahnya itu. "bela
sayang...",rintihku sambil menarik tangannya dengan lembut. "gitu aja
ngambeg".
Belapun mengurungkan niatnya untuk pergi.
Ia kembali duduk namun dengan wajah yang cemberut kesal "aku emang ga
kangen tapi. kangen, kangen, kangeeeeeeeen
banget sama kamu", bisikku di telinganya. "bohong!",cetusnya. "gak
koq!",rayuku lagi. "klo emang kangen apa buktinya?", tantangnya.
"oh,mau bukti?". Akupun mencium keningnya, pipinya dan terakhir
bibirnya yg merekah indah itu. Bela tersentak kaget, lalu mencubitku dengan
gemas. "iih, kamu nakal!",katanya dengan manja.Kamipun menertawakan
kejadian itu.
Bela mengantarku pulang ke rumah
orangtuaku. Sudah hampir sebulan lamanya aku dirawat di rumah sakit akibat
kecelakaan mobil yang menimpaku bersama kedua orangtuaku. Dan selama itu aku
tidak melihat kehadiran kedua orangtuaku. Apakah mereka baik - baik saja dan
sudah sembuh?.Aku harus cari tahu. Dengan iba kulirik kaki kananku yg telah
digantikan o/sebuah kaki palsu. Karena kecelakaan itu aku hrs kehilangan kaki
kananku. Masa depanku,karierku di dunia
sepakbolapun tamatlah sudah.
Bela terlihat sangat berhati2.Ia
mengemudikan mobil yg kami tumpangi ini dengan pelan sekali.Ia menyadari aku
memandanginya sedemikian rupa. Tanpa melirik, Ia pun tersenyum,"kenapa
senyum2 gitu sih?",tanya nya. "kamu kenapa sih Bel?. Biasa aja kali
nyetirnya",ejekku. "aku ga bisa biasa aja klo bawa orang
penting",balasnya, Tetap tanpa menoleh.Pandangannya lurus ke depan. "huhu..
Jadi terharu", Aku terus mengejeknya, berusaha mencairkan suasana. "oh
ya bel,mama papaku bagaimana?", tanyaku tiba2. Ciiit!!!,,,
Tiba2 saja bela mengerem mendadak. Mobil
kamipun berhenti seketika. Mendung kembali membayangi wajahnya. Satu persatu
air mata membasahi wajahnya. Ia terisak. Tangisan kesedihan yg mendalam. Tak
kuasa aku melihatnya seperti itu.Dadaku pun bergemuruh hebat menanti jawaban
darinya. "mama, papamu.... Sudah... Meninggal,Sat..". Tak kuasa
akupun menangis. Kami telah sampai di rumah orangtuaku. Aku sedih sekali. Hatiku
terasa amat sakit.Ketika kami memasuki dalam rumah, ternyata telah hadir
seorang ustad setengah baya yg sedang duduk di sofa sambil berzikir pelan dengan
mata yang terpejam. Sepertinya ia menyadari kedatangan kami.
"Assalamualaikum",ucap kami
memberi salam.Dengan pandangan penuh tanya aku melirik Bela yg berdiri di
sampingku. "ini ustad Paung",bela memperkenalkan ustad itu,ustad yg
bernama Paung itupun membuka matanya. "waalaikum salam wr.Wb", balasnya
suaranya merdu sekali. "nak bela,sudah waktunya kita harus menjelaskan
semua nya pada nak satria",tutur ustad Paung. Aku semakin bingung.
"tapi pak,saya gak
sanggup",bela kembali menangis lagi. "kenapa sih kalian,koq jadi aneh
banget deh??", tanyaku.Heran. "satria..Kamu itu..", bela berkata
terbata-bata. "kamu itu.. Apa, sayang?", ulangku dgn tdk sabar. "kamu..Kamu..Sudah..
Sudah MATI!",cetusnya mengagetkanku, membuatku jatuh terduduk. "apa
ini maksudnya?Aku..Sudah ...MATI?!",gugatku tidak percaya.Ini smua pasti
omong kosong.Tapi bela terlihat serius mengatakannya.Ia tidak pernah berkata dengan
nada seperti itu.
"nak satria kembalilah ke alam mu dengan
damai",ucap ustad paung,lalu ia membacakan banyak sekali ayat2 Al Quran. "kamu ga bisa pergi dengan damai karena
aku ga bisa nerima kenyataan kalo kamu sudah meninggalkanku selama-lamanya. Aku
cinta banget sama kamu, aku sayang banget sama kamu, satria..Huhuhu..",bela
menangis hebat sekali. Perih melihatnya seperti itu. "tapi mengapa aku tidak
menyadarinya?! Ya Tuhan mengapa harus seperti ini?!", gugatku tidak habis pikir.
"aku juga cinta banget sama kamu, bela", bisikku lirih. Tiba2 ustad paung
berhenti mengaji. "smua ini karena kuasa Tuhan atau karena cinta nak Bela
terhadap nak satria yg terlalu kuat,atau entahlah,semuanya telah terjadi,ini
smua sudah takdir,jadi saya mohon sakali kepada nak bela agar dapat menerima kenyataan,ikhlaskanlah
kepergiannya nak, Kasihanilah
dia", bujuk ustad paung dengan bijaksana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar