SEBUAH RENUNGAN...
Bayangkan sebuah perjalanan indah yang terbentang menuju puncak gunung
Pada puncak tersebut kita melihat sosok kedua orang tua kita,
mereka tersenyum pada kita menyambut kita dengan penuh suka cita...
Lihat apa yang telah kita raih, dan renungkan, apa saja yang telah kita berikan kepada mereka
Sudahkan cukupkah semua??? mengganti apa yang telah mereka korbankan selama ini untuk kita,
mengganti atas apa yang telah mereka perjuangkan demi hidup kita…
Bayangkan
satu peristiwa yang tidak dapat menahan air mata untuk jatuh berlinang,
satu peristiwa bahagia dimana kita dapat berkumpul dengan orang-orang
yang begitu kitacintai.
Ingatlah ketika kita kecil, ketika kita
masih bersih belum ternoda suatu apapun, ibu selalu menyayangi kita,
mengasihi tanpa pernah putus, ketika orang – orang disekitar kita
bercerita tentang kita saat itu, kita yang selalu dimanjakan, dibelai,
ditimang sang ibu… ibu yang selalu menyenandungkan nada – nada indah
pengantar tidur kala itu, bahkan saat kita menangispun, ibu selalu sabar
dan tidak pernah merasa menderita… ingatlah dan rasakan belaian tangan
ibu, yang telah rela mempertaruhkan jiwa raga dan seluruh hidupnya untuk
melahirkan kita…
Hadirkan sosok itu, sosok seorang wanita
yang rela berdesak-desakan ketika membelikan kita pakaian ketika
lebaran. Seorang wanita yang rela tidak tidur semalaman karena menunggui
kita disaat kita kecil. Yang ridak rela anaknya digigit seekor
nyamukpun. Seorang wanita yang rela menggadaikan nyawanya agar kita
tetap hidup ketika melahirkan kita.
Seorang wanita yang
tidak pernah meminta balas budi sedikit pun dari segala kelelahan dan
pengorbanannya. Seorang wanita yang mungkin sampai hari ini belum sempat
kita bahagiakan. Seorang wanita yang sangat berharap kita bisa menjadi
bagian dari kebahagiaan dalam hidupnya.
Hadirkan seorang
wanita bernama Ibu yang selama ini mungkin sering kita tidak pedulikan.
Hadirkan seorang wanita bernama ibu yang mungkin selama ini sering kita
abaikan. Hadirkan seorang wanita bernama ibu yang mungkin selama ini
sering kita remehkan. Hadirkan seorang wanita bernama ibu yang mungkin
selama ini tidak pernah kita hargai pengorbanannya.
Hadirkan
seorang ibu yang selama ini menginginkan kebahagiaan untuk kita dalam
desahan do’a-do’a malamnya. Dalam butiran-butiran air matanya dan dalam
kesedihannya memikirkan kebahagiaan untuk diri kita. Seorang wanita yang
berharap kita dapat menjadi anak yang sholeh dan sholehah yang dapat
menyelamatkan mereka di akhirat. Ketika tidak ada yang mampu
menyelamatkan kecuali anak yang sholeh dan sholehah…
Sekarang
hadirkan seorang laki-laki yang selama ini telah berkorban banyak untuk
kita, seorang laki-laki yang bernama Ayah. Yang rela kerja keras siang
dan malam hanya agar kita bisa bersekolah, kuliah dan dapat pendidikan
yang layak seperti teman-teman kita yang lain.
Seorang
laki-laki yang tidurnya tidak pernah nyenyak, karena memikirkan pakaian
kita yang sudah tidak layak pakai lagi. Dan memikirkan biaya sekolah
yang harus dibayarnya besok pagi. Yang bekerja dengan ikhlas dan jujur
karena tidak rela anaknya diberikan makanan yang haram walaupun sedikit.
Hadirkan
sosok Ayah kita yang selama ini yang mungkin kita jarang dapat
membantunya, meringankan pekerjaan-pekerjaannya. Yang selama ini mungkin
kita sering menuntut banyak diluar kemampuannya. Apakah kita tidak
ingin membuat mereka bahagia suatu saat nanti?
Sebelum
bendera kuning tertambat di jalan-jalan menuju rumah kita? Sebelum
memberikan hadiah pakaian untuk yang terakhir kalinya yaitu kain kafan.
Sebelum kita mengecup kening dan tangannya untuk yang terakhir kali,
sebelum kita menghantarkannya ke tempat peristirahatannya yang terakhir.
Sudah siapkah kita???
Apakah anda tidak ingin membuat
mereka tersenyum bahagia melihat kita telah menjadi anak kebanggaannya
dari anak-anak yang pernah dilahirkan dan dididiknya? Apakah kita tidak
ingin satu saat nanti bisa menggendong ibu kita dari Shofa ke Marwa,
menghantarkan ayah kita untuk mencium Batu Hajar Aswad bersama-sama? Dan
meminumkan air zam-zam langsung dari sumbernya, mungkin itu impian dan
harapan besar mereka kepada diri kita. Walau sesungguhnya mereka tidak
pernah meminta…
Dan mereka ingin kita menjadi amal jariah
bagi mereka. Apakah kita tidak ingin menyelamatkan mereka nanti di
akhirat? Jadilah yang terbaik hari ini. Belajar terus jangan pernah
menyerah, berjuanglah untuk harapan besar orang-orang yang mencintai
kita. Jadilah bukti jangan menunggu bukti, kalau tidak oleh kita maka
siapa lagi. Jika tidak sekarang ini kapan lagi. Dan jika tidak disini
dimana lagi. Lakukanlah yang terbaik!!!
Ingatkah ketika
kita kecil dulu, apa impian kita… apa cita – cita kita??? Ketika kita
beranjak dewasa… bagaimana nasib impian kita??? Sebagian telah menjadi
kenyataan, sebagian lagi belum… atau malah belum sama sekali…
Banyak
yang berfikir, untuk mengejar impian lain, sementara impian utama kita
gantungkan setinggi – tingginya dilangit, dan kita hanya bisa melihat
impian kita tergantung dilangit, bahkan hingga malam hari impian
tersebut masih dtergantung diatas langit dengan kokohnya… akhirnya kita
hanya bisa menunggu impian tersebut menghampiri kita, tanpa bisa
meraihnya… dan kita sadari impian kita benar benar kokoh dilangit…
apakah ini kita saat ini???
Berubahlah, jangan menunggu,
kejar impian itu, cari caranya, berusaha dan berdoa selalu… Mesti kita
tak tahu mesti sampai kapan, dan sejauh mana impian itu tergantung
dilangit… walaupun sering kali kita terjatuh… berjanjilah untuk bangkit
kembali… walaupun seringkali menemukan kata tidak mungkin dan tak
menemukan jawabannya… yakinlah kita mampu hadapi… kita kumpulkan
semangat kita… karena semangatlah yang mampu mendekatkan kita dengan
impian kita… dan kita mulai kembali mencari, belajar banyak hal,
bertanya pada banyak orang, dan berkomitment untuk menggapai impian
kita… apapun resikonya…
Akhirnya kitapun menemukan jawaban
itu… atas impian impian kita… atas semua usaha dan doa - doa kita...
jika impian kita setinggi langit… maka kita harus terbang untuk
menggapainya… bagaimana mungkin kita bisa terbang jika tidak memiliki
landasan, percayalah... landasan tersebut telah kita miliki... landasan
yang kokoh... yang dibangun dari iman kita, keyakinan kita, atas doa
dan usaha yang telah kita lakukan…
Karena jalan itu akan
selalu terbentang bagi orang orang yang mau berusaha dan berdoa… Ketika
saatnya nanti orang – orang yang kita cintai akan bangga dan bahagia
melihat kita… kita yang awalnya nya biasa – bisa saja, menjadi luar
biasa, kita yang telah mencapai puncak sukses bersama orang – orang yang
kita cintai…
Karena Sukses Adalah Sebuah Pilihan dan
Bukan Berasal Dari Sebuah Kebetulan, Melainkan Dari Semua Usaha Dan Doa
Yang Telah Kita Perjuangkan Dengan Penuh Kesungguhan, Karena Sukses
Sebenarnya Adalah Sebuah Keseimbangan Antara Kekayaan Dan Kebahagiaan…
Sampai Jumpa Dipuncak Sukses...
GeneRasi kreAtif GAul dan cerdAZ
Sabtu, 21 Juli 2012
Cerpen Edisi 3
Boneka yang
cantik sekali.Bergaun panjang kuno,berwarna merah muda,Dengan renda-renda
dibagian leher dan tangannya.Rambutnya pendek berwarna keemasan dengan pita
berwarna merah muda pula.Wajahnya manis dicat dengan terampil sekali.Dan
menambah kesan abad pertengahan, boneka itu juga mengenakan sepatu model pada
zaman tersebut juga berwarna merah muda.Tubuhnya terdiri dari kapas dan kain
perca.Meskipun warnanya memudar dan telah usang dimakan zaman,boneka itu tetap
terlihat anggun.Begitu klasik dan terkesan mahal,jenis boneka yang biasa
dimiliki oleh anak-anak orang kaya dan dipajang di etalase toko-toko mewah pada
zamannya. Kini dia muncul begitu saja. Duduk dengan manis di sofa ruang tamu
rumah mereka.
Darla mengernyitkan dahinya ketika melihat boneka itu. Ia baru saja pulang kuliah. Gadis berkacamata itu memandangnya aneh,menelitinya sedemikian rupa. Tatapan boneka itu terlihat lebih tajam dan licik. Namun Darla tidak menyadarinya,diacuhkannya boneka itu, lalu bergegas menuju kamarnya.
"Darla!. Kenapa lo menaruh boneka di dapur,sih!?",teriak Ronin, kakak tertua Darla, sambil membuka pintu kamar Darla yang tidak terkunci. Darla hampir saja terlelap,jika saja kakaknya itu tidak datang mengganggunya. "bukan gue, kak!Lagian gak penting banget sih. Udah sana jangan ganggu gue",cetusnya. "yeah, mungkin si Joan,kali",gumamnya lalu meninggalkan Darla sendirian. Darla dan Ronin hanya terpaut dua tahun saja,jadi tidak heran mereka sudah seperti teman sebaya. Mereka mempunyai adik bungsu bernama Joan, gadis cilik berusia 7 tahun. Dan Joan sangat menyukai boneka. Joan sedang tidur siang sekarang ditemani mamanya. Papa belum pulang. Ronin kembali dikejutkan oleh boneka itu. Kini boneka itu duduk di sofa ruang tamu lagi. Baru beberapa menit saja dia meninggalkannya di dapur, dalam sekejap boneka itu telah kembali ke tempatnya semula!. Ronin memandanginya dengan tatapan aneh. "Sebenarnya dari mana sih boneka ini?",bisik Ronin, sambil mengingat-ingat. "kayaknya Joan gak punya boneka ini deh, tapi koq dia tiba-tiba muncul, sih?", Ronin meneliti boneka itu, digerak-gerakan tangannya, lalu ditaruhnya kembali pada posisi semula. Raut wajah boneka itu memang tersenyum, namun sekilas, Ronin melihat senyumnya melebar. Ronin mengernyitkan dahinya, lalu berlalu menuju kamarnya.
"Pa, boneka itu papa yang beli, ya?", cetus Ronin ketika mereka sekeluarga sedang makan malam bersama. "boneka apa ya?", tanya papa. "itu lho pa yang di ruang tamu", sahut Darla. "iya pa, Ronin sepertinya baru lihat". papa jadi bingung. Darla dan Ronin saling melemparkan pandangan. "boneka itu ya!", seru Joan. "aku nemuin dia di halaman sebuah rumah, di seberang sekolahku. Aku pikir yang punya boneka ini sudah membuangnya. Mereka udah gak sayang lagi sama dia. Lalu aku Ambil deh,eh tiba-tiba seorang kakak perempuan keluar dari dalam rumah dan mencegahku mengambilnya", Joan berhenti sebentar,meminum segelas air putih. Untuk sementara tidak ada komentar, mereka menunggu kelanjutan ceritanya. "kakak itu bilang, 'jangan dibawa bonekanya,dik, jangan! Tolong kembalikan lagi ya,kakak akan menyimpannya' ", lanjutnya. "aku ga mau nurutin keinginannya.Lalu kataku,'kakak udah ga sayang lagi sama boneka ini,kalau kakak masih sayang, kenapa kakak buang?'. Tapi Kakak itu tetap menyuruhku mengembalikannya. Aku tinggalkan saja dia. Aku bawa pulang deh. Begitu ceritanya", joan mengakhiri ceritanya.
"joan,kamu tau ga perbuatan kamu itu ga baik?",cetus mama sambil memandangnya dengan tajam. "aku suka Loli.. Oh ya, aku namain dia Loli, dia lucu, qan?",jawab Joan dengan kepolosannya. "mama kasian Loli dibuang sama kakak itu".
"tapi belum tentu kakak itu membuangnya kan sayang?", sahut papa. "gak pa!", joan menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia tetap bersikeras.
"ya sudah pa,ma", sahut Ronin, menengahi perdebatan mereka. Mama dan papa akhirnya mengalah. Joan kalau sudah punya keinginan memang harus dituruti dan keras kepala.
Ronin tidak bisa tidur malam itu. Ada perasaan aneh yang melingkupinya. Ia berusaha memejamkan mata, namun yang terbayang adalah boneka itu. Alangkah terkejutnya Ronin, ketika ia membuka matanya Loli sudah ada di meja belajarnya, dalam posisi duduk yang sangat nyaman, dengan ekspresi wajah tersenyum seolah-olah menyapanya. Ronin mencoba menenangkan diri, berusaha berfikir rasional. Dia pejamkan mata kembali, namun tidak bisa. Perlahan-lahan kembali ia membuka matanya, dan mendapati boneka itu sudah tidak ada di tempatnya semula!
Mungkin semalam aku bermimpi buruk, pikir Ronin, ketika ia terbangun keesokan harinya. Sarapan pagi kali ini terasa berbeda. Ronin merasa tidak nyaman. Loli, boneka itu sudah duduk santai di pangkuan Joan, seperti sudah menjadi bagian dalam keluarganya. Ronin melirik Darla. Sepertinya Darla juga merasakan hal yang sama. Wajahnya pucat, seperti orang yang tidak tidur semalaman. Tapi orangtuanya tidak begitu memperhatikan. Papa sedang membaca koran, mama sibuk mengoles roti, dan joan memangku boneka itu, memeluknya seperti kakak yang memeluk adiknya.
"La, lo kenapa?", tanya Ronin, dalam perjalanan menuju kampus.
"boneka itu, kak. Dia ada di kamar gue semalam!", bisik Darla. "koq sama, dia juga ada di kamar kakak semalam!", cetus Ronin. Ia terkejut sekali. "tapi bagaimana mungkin?Ini gak masuk akal!". Wajah Darla memucat, "gue ga bisa tidur semalaman kak, setelah boneka itu menghilang, gue baru bisa tidur".
"kakak juga", timpal Ronin.
"kayaknya ada yang aneh dengan Loli. Kita harus menyelidikinya, kak".
Loli kembali membuat ulah. Kali ini, mama yang dibuat terkejut oleh ulah boneka itu. Tiba-tiba saja Loli sudah duduk dengan manis di meja makan mereka. Mama semula tidak melihatnya ada di sana. Namun mama berusaha menepis pikiran yang tidak masuk akal. Ia acuhkan saja, lalu kembali melanjutkan aktifitasnya di dapur. Namun setelah ia kembali ke ruang makan, loli sudah tidak ada!. Mungkin joan yang mengambilnya,pikirnya. Tidak cukup dengan pemikiran itu, mama menjadi penasaran, ia memeriksa ke kamar Joan. Anak itu sedang tertidur pulas. Dan ketika mama melewati ruang tamu, boneka itu ada di sana. Duduk dengan nyaman di sofa mereka. Sekilas mama melihat boneka itu terseoyum mengejeknya.
"gue heran, kak. Orang -orang bilang keluarga itu tiba-tiba pindah tanpa alasan yang jelas", cetus Darla. Lalu menghempaskan tubuhnya ke sofa. "mungkin karena ulah loli", timpal Ronin. Mama menghampiri mereka. Wajahnya pucat pasi.
"kalian harus percaya sama mama", bisiknya dengan suara bergetar. "dengar. Loli,boneka itu senang berpindah-pindah". Darla dan Ronin saling beradu pandang. "kami sudah tahu,ma",timpal Ronin. "semalan dia ada di kamar ronin, tapi kemudian menghilang". Darlapun menceritakan hal yang sama.
"kenapa kalian ga cerita sama mama dan papa?".
"sudahlah ma, kami gak ingin buat mama papa cemas. Sekarang dimana boneka itu?", tanya darla.
"dia di kamu kamu, Ron!. Kamar kamu sudah mama kunci, ayo kita makan dulu", ajak mama. Alangkah terkejutnya mereka ketika mendapati Loli, boneka yang senang berpindah-pindah itu kini duduk dengan gaya khasnya di meja makan!.
"mama yakin sudah mengunci kamarku?", bisik Ronin dengan gemetar. "mama yakin sekali. Ini kuncinya". Mama menunjukkan kunci kamar Ronin. Merekapun saling pandang. ronin menjadi tidak sabar. Lalu ia membawa boneka itu keluar dan membuangnya ke tempat sampah. "sekarang lo gak bisa pindah-pindah lagi sesuka hati lo", gumam ronin, tersenyum puas.
Tanpa sepengetahuan Ronin, seorang anak perempuan kecil, berpakaian lusuh dan kumal mengawasi gerak-geriknya.
"kakak!", seru anak itu, mengagetkan Ronin. "kenapa dibuang bonekanya?", ronin terlihat bingung. Tanpa menunggu jawabannya, anak itu memungut boneka itu dari tempat sampah.
"kakak udah gak sayang lagi qan sama dia. Buat aku saja!", serunya lalu mendekap boneka itu, melindunginya. "tapi... Belum sempat Ronin menyelesaikan ucapannya, anak itu berlari cepat sekali. Ronin tidak mengejarnya. Ia mengangkat bahunya. "mungkin boneka itu hanya ingin disayang. Tapi, siapa juga yang mau menyimpan boneka yang senang berpindah-pindah seperti itu?Mungkin dia berada di tangan yang tepat",gumamnya.
Joan sudah melupakan Loli. Papa telah membelikannnya mainan yang lebih bagus. Sesekali pernah ia menanyakan keberadaan Loli, namun ia tidak peduli boneka itu sudah dibuang kakaknya.
"aku udah bosan dengan boneka", cetusnya.
The end.
Darla mengernyitkan dahinya ketika melihat boneka itu. Ia baru saja pulang kuliah. Gadis berkacamata itu memandangnya aneh,menelitinya sedemikian rupa. Tatapan boneka itu terlihat lebih tajam dan licik. Namun Darla tidak menyadarinya,diacuhkannya boneka itu, lalu bergegas menuju kamarnya.
"Darla!. Kenapa lo menaruh boneka di dapur,sih!?",teriak Ronin, kakak tertua Darla, sambil membuka pintu kamar Darla yang tidak terkunci. Darla hampir saja terlelap,jika saja kakaknya itu tidak datang mengganggunya. "bukan gue, kak!Lagian gak penting banget sih. Udah sana jangan ganggu gue",cetusnya. "yeah, mungkin si Joan,kali",gumamnya lalu meninggalkan Darla sendirian. Darla dan Ronin hanya terpaut dua tahun saja,jadi tidak heran mereka sudah seperti teman sebaya. Mereka mempunyai adik bungsu bernama Joan, gadis cilik berusia 7 tahun. Dan Joan sangat menyukai boneka. Joan sedang tidur siang sekarang ditemani mamanya. Papa belum pulang. Ronin kembali dikejutkan oleh boneka itu. Kini boneka itu duduk di sofa ruang tamu lagi. Baru beberapa menit saja dia meninggalkannya di dapur, dalam sekejap boneka itu telah kembali ke tempatnya semula!. Ronin memandanginya dengan tatapan aneh. "Sebenarnya dari mana sih boneka ini?",bisik Ronin, sambil mengingat-ingat. "kayaknya Joan gak punya boneka ini deh, tapi koq dia tiba-tiba muncul, sih?", Ronin meneliti boneka itu, digerak-gerakan tangannya, lalu ditaruhnya kembali pada posisi semula. Raut wajah boneka itu memang tersenyum, namun sekilas, Ronin melihat senyumnya melebar. Ronin mengernyitkan dahinya, lalu berlalu menuju kamarnya.
"Pa, boneka itu papa yang beli, ya?", cetus Ronin ketika mereka sekeluarga sedang makan malam bersama. "boneka apa ya?", tanya papa. "itu lho pa yang di ruang tamu", sahut Darla. "iya pa, Ronin sepertinya baru lihat". papa jadi bingung. Darla dan Ronin saling melemparkan pandangan. "boneka itu ya!", seru Joan. "aku nemuin dia di halaman sebuah rumah, di seberang sekolahku. Aku pikir yang punya boneka ini sudah membuangnya. Mereka udah gak sayang lagi sama dia. Lalu aku Ambil deh,eh tiba-tiba seorang kakak perempuan keluar dari dalam rumah dan mencegahku mengambilnya", Joan berhenti sebentar,meminum segelas air putih. Untuk sementara tidak ada komentar, mereka menunggu kelanjutan ceritanya. "kakak itu bilang, 'jangan dibawa bonekanya,dik, jangan! Tolong kembalikan lagi ya,kakak akan menyimpannya' ", lanjutnya. "aku ga mau nurutin keinginannya.Lalu kataku,'kakak udah ga sayang lagi sama boneka ini,kalau kakak masih sayang, kenapa kakak buang?'. Tapi Kakak itu tetap menyuruhku mengembalikannya. Aku tinggalkan saja dia. Aku bawa pulang deh. Begitu ceritanya", joan mengakhiri ceritanya.
"joan,kamu tau ga perbuatan kamu itu ga baik?",cetus mama sambil memandangnya dengan tajam. "aku suka Loli.. Oh ya, aku namain dia Loli, dia lucu, qan?",jawab Joan dengan kepolosannya. "mama kasian Loli dibuang sama kakak itu".
"tapi belum tentu kakak itu membuangnya kan sayang?", sahut papa. "gak pa!", joan menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia tetap bersikeras.
"ya sudah pa,ma", sahut Ronin, menengahi perdebatan mereka. Mama dan papa akhirnya mengalah. Joan kalau sudah punya keinginan memang harus dituruti dan keras kepala.
Ronin tidak bisa tidur malam itu. Ada perasaan aneh yang melingkupinya. Ia berusaha memejamkan mata, namun yang terbayang adalah boneka itu. Alangkah terkejutnya Ronin, ketika ia membuka matanya Loli sudah ada di meja belajarnya, dalam posisi duduk yang sangat nyaman, dengan ekspresi wajah tersenyum seolah-olah menyapanya. Ronin mencoba menenangkan diri, berusaha berfikir rasional. Dia pejamkan mata kembali, namun tidak bisa. Perlahan-lahan kembali ia membuka matanya, dan mendapati boneka itu sudah tidak ada di tempatnya semula!
Mungkin semalam aku bermimpi buruk, pikir Ronin, ketika ia terbangun keesokan harinya. Sarapan pagi kali ini terasa berbeda. Ronin merasa tidak nyaman. Loli, boneka itu sudah duduk santai di pangkuan Joan, seperti sudah menjadi bagian dalam keluarganya. Ronin melirik Darla. Sepertinya Darla juga merasakan hal yang sama. Wajahnya pucat, seperti orang yang tidak tidur semalaman. Tapi orangtuanya tidak begitu memperhatikan. Papa sedang membaca koran, mama sibuk mengoles roti, dan joan memangku boneka itu, memeluknya seperti kakak yang memeluk adiknya.
"La, lo kenapa?", tanya Ronin, dalam perjalanan menuju kampus.
"boneka itu, kak. Dia ada di kamar gue semalam!", bisik Darla. "koq sama, dia juga ada di kamar kakak semalam!", cetus Ronin. Ia terkejut sekali. "tapi bagaimana mungkin?Ini gak masuk akal!". Wajah Darla memucat, "gue ga bisa tidur semalaman kak, setelah boneka itu menghilang, gue baru bisa tidur".
"kakak juga", timpal Ronin.
"kayaknya ada yang aneh dengan Loli. Kita harus menyelidikinya, kak".
Loli kembali membuat ulah. Kali ini, mama yang dibuat terkejut oleh ulah boneka itu. Tiba-tiba saja Loli sudah duduk dengan manis di meja makan mereka. Mama semula tidak melihatnya ada di sana. Namun mama berusaha menepis pikiran yang tidak masuk akal. Ia acuhkan saja, lalu kembali melanjutkan aktifitasnya di dapur. Namun setelah ia kembali ke ruang makan, loli sudah tidak ada!. Mungkin joan yang mengambilnya,pikirnya. Tidak cukup dengan pemikiran itu, mama menjadi penasaran, ia memeriksa ke kamar Joan. Anak itu sedang tertidur pulas. Dan ketika mama melewati ruang tamu, boneka itu ada di sana. Duduk dengan nyaman di sofa mereka. Sekilas mama melihat boneka itu terseoyum mengejeknya.
"gue heran, kak. Orang -orang bilang keluarga itu tiba-tiba pindah tanpa alasan yang jelas", cetus Darla. Lalu menghempaskan tubuhnya ke sofa. "mungkin karena ulah loli", timpal Ronin. Mama menghampiri mereka. Wajahnya pucat pasi.
"kalian harus percaya sama mama", bisiknya dengan suara bergetar. "dengar. Loli,boneka itu senang berpindah-pindah". Darla dan Ronin saling beradu pandang. "kami sudah tahu,ma",timpal Ronin. "semalan dia ada di kamar ronin, tapi kemudian menghilang". Darlapun menceritakan hal yang sama.
"kenapa kalian ga cerita sama mama dan papa?".
"sudahlah ma, kami gak ingin buat mama papa cemas. Sekarang dimana boneka itu?", tanya darla.
"dia di kamu kamu, Ron!. Kamar kamu sudah mama kunci, ayo kita makan dulu", ajak mama. Alangkah terkejutnya mereka ketika mendapati Loli, boneka yang senang berpindah-pindah itu kini duduk dengan gaya khasnya di meja makan!.
"mama yakin sudah mengunci kamarku?", bisik Ronin dengan gemetar. "mama yakin sekali. Ini kuncinya". Mama menunjukkan kunci kamar Ronin. Merekapun saling pandang. ronin menjadi tidak sabar. Lalu ia membawa boneka itu keluar dan membuangnya ke tempat sampah. "sekarang lo gak bisa pindah-pindah lagi sesuka hati lo", gumam ronin, tersenyum puas.
Tanpa sepengetahuan Ronin, seorang anak perempuan kecil, berpakaian lusuh dan kumal mengawasi gerak-geriknya.
"kakak!", seru anak itu, mengagetkan Ronin. "kenapa dibuang bonekanya?", ronin terlihat bingung. Tanpa menunggu jawabannya, anak itu memungut boneka itu dari tempat sampah.
"kakak udah gak sayang lagi qan sama dia. Buat aku saja!", serunya lalu mendekap boneka itu, melindunginya. "tapi... Belum sempat Ronin menyelesaikan ucapannya, anak itu berlari cepat sekali. Ronin tidak mengejarnya. Ia mengangkat bahunya. "mungkin boneka itu hanya ingin disayang. Tapi, siapa juga yang mau menyimpan boneka yang senang berpindah-pindah seperti itu?Mungkin dia berada di tangan yang tepat",gumamnya.
Joan sudah melupakan Loli. Papa telah membelikannnya mainan yang lebih bagus. Sesekali pernah ia menanyakan keberadaan Loli, namun ia tidak peduli boneka itu sudah dibuang kakaknya.
"aku udah bosan dengan boneka", cetusnya.
The end.
Cerpen Edisi 2
KABUT oleh :
Marieta Rianthi
Aku terpaku menatapi wajah sendu milik
seorang gadis cantik di sudut sana memandangiku dgn penuh iba dan sedih
membayangi aku mencoba untuk tersenyum. Tentu berusaha dengan sekuat tenaga,
sisa - sisa tenaga yang kumiliki. Wajah itu tersenyum membalasku dan seketika
wajahnya bersemu merah. Dan semakin cantik.
" Kamu tetep ganteng koq,
Sat",bisiknya. Senyumku berubah menjadi seringai lemah, kalimat itu hanya
untuk menghiburku, aku tahu itu. "iya aku emang ganteng koq dari
dulu", jawabku. Lalu menghampirinya dengan tertatih-tatih,mempercepat
langkah dengan susah payah namun apa daya kini aku hanya mempunyai satu kaki
untuk menahan tubuhku. Ia menangis melihatku seperti itu. Bersusah payah hanya
untuk mendekatinya. Tak tahan iapun menyongsongku kemudian memapahku dengan
kedua tangannya yg mungil. Membimbingku untuk duduk bersamanya.
"sayang, akukan bukan cowo yang
manja", aku berbisik lembut padanya. "emang ga boleh ya aku manjain
kamu?!", cetusnya bercampur tangis. "udah dunk,kamu tambah jelek
nangis kayak gitu aku malu ah punya cewe yg jelek", aku meledeknya sambil
tertawa-tawa, tawa yg dipaksakan. "iih...Aku emang jelek,koq", iapun
menghentikan tangisnya.Dengan manjanya dia menggamit lenganku kemudian
menyandarkan diri di bahuku dengan nyaman. "aku kangen banget sama kamu
satria..",bisiknya dengan pandangan yang menerawang.
"iya..Aku
percaya,koq",jawabku. "emang kamu ga kangen sm aku?", tuntutnya.
"hmm..Enggak tuh", balasku dengan nada yang mengejek. "oh..Gitu,
yaudah aku pulang aja deh!",t dk disangka ia menjadi kesal lalu beranjak
pergi melepaskan tanganku dengsn kasar. Aku tertawa melihat tingkahnya itu. "bela
sayang...",rintihku sambil menarik tangannya dengan lembut. "gitu aja
ngambeg".
Belapun mengurungkan niatnya untuk pergi.
Ia kembali duduk namun dengan wajah yang cemberut kesal "aku emang ga
kangen tapi. kangen, kangen, kangeeeeeeeen
banget sama kamu", bisikku di telinganya. "bohong!",cetusnya. "gak
koq!",rayuku lagi. "klo emang kangen apa buktinya?", tantangnya.
"oh,mau bukti?". Akupun mencium keningnya, pipinya dan terakhir
bibirnya yg merekah indah itu. Bela tersentak kaget, lalu mencubitku dengan
gemas. "iih, kamu nakal!",katanya dengan manja.Kamipun menertawakan
kejadian itu.
Bela mengantarku pulang ke rumah
orangtuaku. Sudah hampir sebulan lamanya aku dirawat di rumah sakit akibat
kecelakaan mobil yang menimpaku bersama kedua orangtuaku. Dan selama itu aku
tidak melihat kehadiran kedua orangtuaku. Apakah mereka baik - baik saja dan
sudah sembuh?.Aku harus cari tahu. Dengan iba kulirik kaki kananku yg telah
digantikan o/sebuah kaki palsu. Karena kecelakaan itu aku hrs kehilangan kaki
kananku. Masa depanku,karierku di dunia
sepakbolapun tamatlah sudah.
Bela terlihat sangat berhati2.Ia
mengemudikan mobil yg kami tumpangi ini dengan pelan sekali.Ia menyadari aku
memandanginya sedemikian rupa. Tanpa melirik, Ia pun tersenyum,"kenapa
senyum2 gitu sih?",tanya nya. "kamu kenapa sih Bel?. Biasa aja kali
nyetirnya",ejekku. "aku ga bisa biasa aja klo bawa orang
penting",balasnya, Tetap tanpa menoleh.Pandangannya lurus ke depan. "huhu..
Jadi terharu", Aku terus mengejeknya, berusaha mencairkan suasana. "oh
ya bel,mama papaku bagaimana?", tanyaku tiba2. Ciiit!!!,,,
Tiba2 saja bela mengerem mendadak. Mobil
kamipun berhenti seketika. Mendung kembali membayangi wajahnya. Satu persatu
air mata membasahi wajahnya. Ia terisak. Tangisan kesedihan yg mendalam. Tak
kuasa aku melihatnya seperti itu.Dadaku pun bergemuruh hebat menanti jawaban
darinya. "mama, papamu.... Sudah... Meninggal,Sat..". Tak kuasa
akupun menangis. Kami telah sampai di rumah orangtuaku. Aku sedih sekali. Hatiku
terasa amat sakit.Ketika kami memasuki dalam rumah, ternyata telah hadir
seorang ustad setengah baya yg sedang duduk di sofa sambil berzikir pelan dengan
mata yang terpejam. Sepertinya ia menyadari kedatangan kami.
"Assalamualaikum",ucap kami
memberi salam.Dengan pandangan penuh tanya aku melirik Bela yg berdiri di
sampingku. "ini ustad Paung",bela memperkenalkan ustad itu,ustad yg
bernama Paung itupun membuka matanya. "waalaikum salam wr.Wb", balasnya
suaranya merdu sekali. "nak bela,sudah waktunya kita harus menjelaskan
semua nya pada nak satria",tutur ustad Paung. Aku semakin bingung.
"tapi pak,saya gak
sanggup",bela kembali menangis lagi. "kenapa sih kalian,koq jadi aneh
banget deh??", tanyaku.Heran. "satria..Kamu itu..", bela berkata
terbata-bata. "kamu itu.. Apa, sayang?", ulangku dgn tdk sabar. "kamu..Kamu..Sudah..
Sudah MATI!",cetusnya mengagetkanku, membuatku jatuh terduduk. "apa
ini maksudnya?Aku..Sudah ...MATI?!",gugatku tidak percaya.Ini smua pasti
omong kosong.Tapi bela terlihat serius mengatakannya.Ia tidak pernah berkata dengan
nada seperti itu.
"nak satria kembalilah ke alam mu dengan
damai",ucap ustad paung,lalu ia membacakan banyak sekali ayat2 Al Quran. "kamu ga bisa pergi dengan damai karena
aku ga bisa nerima kenyataan kalo kamu sudah meninggalkanku selama-lamanya. Aku
cinta banget sama kamu, aku sayang banget sama kamu, satria..Huhuhu..",bela
menangis hebat sekali. Perih melihatnya seperti itu. "tapi mengapa aku tidak
menyadarinya?! Ya Tuhan mengapa harus seperti ini?!", gugatku tidak habis pikir.
"aku juga cinta banget sama kamu, bela", bisikku lirih. Tiba2 ustad paung
berhenti mengaji. "smua ini karena kuasa Tuhan atau karena cinta nak Bela
terhadap nak satria yg terlalu kuat,atau entahlah,semuanya telah terjadi,ini
smua sudah takdir,jadi saya mohon sakali kepada nak bela agar dapat menerima kenyataan,ikhlaskanlah
kepergiannya nak, Kasihanilah
dia", bujuk ustad paung dengan bijaksana.
Cerpen Edisi 1
Cinta Nggak Bisa Dipaksa
Cinta yang selama ini aku jalani
dengannya berjalan seperti apa adanya dan semestinya, karena memang aku
mencintainya, tetapi tak tahu dengannya. Hingga suatu hari, ia selalu sibuk
dengan kerjaannya sepulang sekolah. Bayangkan saja, pagi sampai siang sekolah
pulang sekolah sampai malam bantu orang tuanya dan setelah itu ia tertidur.
Sedikit sekali waktu yang tersisa untukku bahkan bisa dihitung dengan waktu,
aku merenungi itu tak cukup hanya 1 hari saja,
Tetapi berminggu-minggu sekali
pun ia tak memperhatikan itu. Sampai saatnya datang, seorang cowok yang bisa
dikatakan tampan, sopan dan mengerti segalanya tentang aku hadir dalam hidupku.
Semula aku tak tahu akan semua itu, tapi ternyata dibalik kemelut ‘sahabat’ yang
ia pergunakan, ternyata ia menaruh rasa kepadaku.
“aku masih mencintai Imam” kata
Anisa saat Paung mengungkapkan perasaannya di malam minggu itu.
“aku tak memaksa kamu nis, yang
jelas aku udah bilang semua tentang Imam yang aku tahu, aku juga nggak memaksa
kamu buat nrima aku, aku bakal nunggu kamu sampai kapanpun, aku juga bisa bantu
kamu buat ngelupain Imam” ucap Paung dengan kesungguhannya yang semakin
membuatku bingung. Please….. Bantu aku, jalan mana yang harus aku tempuh..??
“baiklah ung, aku bakal berusaha
buat itu”
“kamu bersungguh-sungguh nisa..?”
“iya, bantu aku agar bisa
melupakan Imam”
“aku akan berusaha nis, makasih
sayang”
Saat itu pula aku memutuskan
hubungan itu dengan Imam yang sesungguhnya masih sangat aku cintai. Semula Imam
menolak, dan akhirnya ia menerima semua itu meski tak rela. Aku menjalani
hubungan resmi pacaran dengan Paung, tak ada seminggu mungkin selama itu
pula aku masih tak pernah bisa melupakan Imam dihatiku, susah
rasanya. Malam itu, aku bulatkan tekad untuk memutuskan hubungan dengan Paung,
karena sesungguhnya aku tak mencintai Paung melainkan hanya menganggapnya
sebagai sahabat.
“ung, maafin aku sebelumnya”
“maaf buat apa nis..?”
“aku belum bisa ngelupain Imam,
aku masih sangat mencintai Imam, aku harap kamu ngerti, aku pengen kita
sahabatan aja seperti dulu, karena memang aku selalu menganggapmu sebagai
sahabat”
“ya udah, klo memang itu
keputusan yang menurutmu baik, aku nggak maksa kamu buat kembali ke Imam. Aku
Cuma berdo’a semoga kamu baik-baik aja sama dia”
“makasih ung, kamu dah ngertiin
aku”
Rasa menyesal, benci pada diri sendiri, merasa
bersalah sama semuanya tercampur menjadi satu dalam diri ini. Kenapa aku tak
pernah memikirkan akibatnya dalam melakukan suatu tindakan, kenapa harus
jadinya seperti ini, yang akhirnya aku tak pernah bisa melupakan Imam dihati
ini. Imam… aku ingin kamu kembali disisiku, karena sesungguhnya aku masih
mencintaimu. Saat itu pula ketika aku sedang merenung, Imam meneleponku.
“hallo,, nis, kamu tak ingin berubah fikiran buat aku,
aku sayang banget sama kamu, aku dah berkali-kali buat ngelupain kamu tapi gak
pernah bisa,, pliss… terima aku lagi dihatimu nis, aku nggak bisa hidup
tanpamu…”
“aku.. Nggak tahu mam”
“jawab jujur nis, kamu masih sayang kan sama aku?”
“aku nggak tahu mam”
“jawab jujur nis, pliss…”
“iya, aku masih sayang sama kamu, aku nggak bisa
ngelupain kamu mam”
“tapi kenapa kamu bohongin perasaan kamu
sendiri, kenapa kamu paksa hati kamu buat pacaran sama cowok laen?”
“dari mana kamu tahu?”
“semua tentang kamu aku tahu nis, aku juga tahu kamu
pacaran sama Paung”
“maafin aku Mam, aku nggak tahu harus gimana lagi,
yang jelas saat itu kamu nggak pernah ada disaat aku butuh, kamu selalu sibuk
dengan urusanmu sendiri, hingga aku di nomor 2 atau malah dinomor 5 kan, aku
nggak mau mam, aku pengen kamu perhatian sama aku, seperti dulu”
“iya, aku juga ngerti, aku minta maaf nis, aku sayang banget sama kamu, kamu jangan pergi lagi
dari aku nis”
“aku juga sayang banget sama kamu mam” ucapku lirih
saat menahan tangis.
Mulai saat itu pula aku kembali
kepada imam, karena sesungguhnya hatiku hanya untuknya, dan cinta nggak bisa
dipaksakan. Karena dari itu, cinta disebut dengan cinta buta, yang tak pernah
melihat seseorang dari tampang, tapi dari hati, sebaik apapun seseorang itu,
jika memang hati kita tak pernah menginginkan dia, maka cinta itu tak akan
pernah tumbuh.
Minggu, 27 Mei 2012
Hobby Kita - Bertanam
1. MEMILIH POT
Pot yang digunakan dapat berupa kaleng bekas, tanah, ember bekas dan sebagainya.Sebaiknya POT berukuran diameter 15-20 CM.
2. MEDIA TANAM
Media tanam dalam pot merupakan merupakan campuran tanah dan pupuk kandang atau kompos perbandingan 1:1 bila tanah yang digunakan tanah liat maka perlu ditambah pasir dengan perbandingan untuk semua campuran 1:1:1.
3. PENANAMAN
Cara penanaman sebagai berikut :
a. Dasar Pot diberi kerikil, pecahan genteng atau bata.
b. diatas pecahan kerikil diletakkan media tanaman dengan ketinggian 5-10cm sebelum permukaan pot.
c. bibit cabai ditanam.
4. PERAWATAN TANAMAN
a. Pemupukan
- sebulan setenah tanamdiberi campuran pupuk TSP sebanyak 10 g dengan pupuk ZK atau KCI sebanyak 7 g.
- pada umur 6
minggu diberi pupuk Urea sebanyak 7 g
- setelah umur 8-10
minggu diberi campuran Urea, TSP, KCI perbandingan 1:1:1 sebanyak 7-10g.
b. Penyiraman
5. PEMANENAN
Penyiraman dilakukan 2-3 hari sekali tergantung kelembaban.
SELAMAT MENCOBA…
Langganan:
Postingan (Atom)