Loli Bonekanya Joan
Boneka yang cantik sekali.Bergaun
panjang kuno,berwarna merah muda, Dengan renda-renda dibagian leher
dan tangannya.Rambutnya pendek berwarna keemasan dengan pita berwarna merah
muda pula.Wajahnya manis dicat dengan terampil sekali.Dan menambah kesan abad
pertengahan, boneka itu juga mengenakan sepatu model pada zaman tersebut juga
berwarna merah muda.Tubuhnya terdiri dari kapas dan kain perca.Meskipun
warnanya memudar dan telah usang dimakan zaman,boneka itu tetap terlihat
anggun.Begitu klasik dan terkesan mahal,jenis boneka yang biasa dimiliki oleh
anak-anak orang kaya dan dipajang di etalase toko-toko mewah pada zamannya.
Kini dia muncul begitu saja. Duduk dengan manis di sofa ruang tamu rumah mereka
Darla mengernyitkan dahinya ketika
melihat boneka itu. Ia baru saja pulang kuliah. Gadis berkacamata itu
memandangnya aneh,menelitinya sedemikian rupa. Tatapan boneka itu terlihat
lebih tajam dan licik. Namun Darla tidak menyadarinya,diacuhkannya boneka itu,
lalu bergegas menuju kamarnya. "Darla!. Kenapa lo menaruh
boneka di dapur,sih!?",teriak Ronin, kakak tertua Darla, sambil membuka
pintu kamar Darla yang tidak terkunci. Darla hampir saja terlelap,jika saja
kakaknya itu tidak datang mengganggunya. "bukan gue, kak!Lagian gak
penting banget sih. Udah sana jangan ganggu gue",cetusnya. "yeah,
mungkin si Joan,kali",gumamnya lalu meninggalkan Darla sendirian. Darla
dan Ronin hanya terpaut dua tahun saja,jadi tidak heran mereka sudah seperti
teman sebaya. Mereka mempunyai adik bungsu bernama Joan, gadis cilik berusia 7
tahun. Dan Joan sangat menyukai boneka. Joan sedang tidur siang sekarang
ditemani mamanya. Papa belum pulang. Ronin kembali dikejutkan oleh boneka itu.
Kini boneka itu duduk di sofa ruang tamu lagi. Baru beberapa menit saja dia
meninggalkannya di dapur, dalam sekejap boneka itu telah kembali ke tempatnya
semula!. Ronin memandanginya dengan tatapan aneh. "Sebenarnya dari mana
sih boneka ini?",bisik Ronin, sambil mengingat-ingat. "kayaknya Joan
gak punya boneka ini deh, tapi koq dia tiba-tiba muncul, sih?", Ronin
meneliti boneka itu, digerak-gerakan tangannya, lalu ditaruhnya kembali pada
posisi semula. Raut wajah boneka itu memang tersenyum, namun sekilas, Ronin
melihat senyumnya melebar. Ronin mengernyitkan dahinya, lalu berlalu menuju
kamarnya.
"Pa, boneka itu papa yang beli,
ya?", cetus Ronin ketika mereka sekeluarga sedang makan malam bersama.
"boneka apa ya?", tanya papa. "itu lho pa yang di ruang
tamu", sahut Darla. "iya pa, Ronin sepertinya baru lihat". papa
jadi bingung. Darla dan Ronin saling melemparkan pandangan. "boneka itu
ya!", seru Joan. "aku nemuin dia di halaman sebuah rumah, di seberang
sekolahku. Aku pikir yang punya boneka ini sudah membuangnya. Mereka udah gak
sayang lagi sama dia. Lalu aku Ambil deh,eh tiba-tiba seorang kakak perempuan
keluar dari dalam rumah dan mencegahku mengambilnya", Joan berhenti
sebentar,meminum segelas air putih. Untuk sementara tidak ada komentar, mereka
menunggu kelanjutan ceritanya. "kakak itu bilang, 'jangan dibawa
bonekanya,dik, jangan! Tolong kembalikan lagi ya,kakak akan menyimpannya'
", lanjutnya. "aku ga mau nurutin keinginannya.Lalu kataku,'kakak
udah ga sayang lagi sama boneka ini,kalau kakak masih sayang, kenapa kakak
buang?'. Tapi Kakak itu tetap menyuruhku mengembalikannya. Aku tinggalkan saja
dia. Aku bawa pulang deh. Begitu ceritanya", joan mengakhiri ceritanya. "joan,kamu tau ga perbuatan kamu itu ga
baik?",cetus mama sambil memandangnya dengan tajam. "aku suka Loli..
Oh ya, aku namain dia Loli, dia lucu, qan?",jawab Joan dengan
kepolosannya. "mama kasian Loli dibuang sama kakak itu". "tapi belum tentu kakak itu membuangnya kan
sayang?", sahut papa. "gak pa!", joan menggeleng-gelengkan
kepalanya. Dia tetap bersikeras. "ya sudah pa,ma", sahut Ronin, menengahi
perdebatan mereka. Mama dan papa akhirnya mengalah. Joan kalau sudah punya
keinginan memang harus dituruti dan keras kepala.
Ronin tidak bisa tidur malam itu.
Ada perasaan aneh yang melingkupinya. Ia berusaha memejamkan mata, namun yang
terbayang adalah boneka itu. Alangkah terkejutnya Ronin, ketika ia membuka
matanya Loli sudah ada di meja belajarnya, dalam posisi duduk yang sangat
nyaman, dengan ekspresi wajah tersenyum seolah-olah menyapanya. Ronin mencoba
menenangkan diri, berusaha berfikir rasional. Dia pejamkan mata kembali, namun
tidak bisa. Perlahan-lahan kembali ia membuka matanya, dan mendapati boneka itu
sudah tidak ada di tempatnya semula! Mungkin semalam aku bermimpi buruk, pikir Ronin,
ketika ia terbangun keesokan harinya. Sarapan pagi kali ini terasa berbeda.
Ronin merasa tidak nyaman. Loli, boneka itu sudah duduk santai di pangkuan
Joan, seperti sudah menjadi bagian dalam keluarganya. Ronin melirik Darla.
Sepertinya Darla juga merasakan hal yang sama. Wajahnya pucat, seperti orang
yang tidak tidur semalaman. Tapi orangtuanya tidak begitu memperhatikan. Papa
sedang membaca koran, mama sibuk mengoles roti, dan joan memangku boneka itu,
memeluknya seperti kakak yang memeluk adiknya. "La, lo kenapa?", tanya Ronin, dalam
perjalanan menuju kampus. "boneka itu, kak. Dia ada di kamar gue
semalam!", bisik Darla. "koq sama, dia juga ada di kamar kakak
semalam!", cetus Ronin. Ia terkejut sekali. "tapi bagaimana
mungkin?Ini gak masuk akal!". Wajah Darla memucat, "gue ga bisa tidur
semalaman kak, setelah boneka itu menghilang, gue baru bisa tidur "kakak juga", timpal
Ronin.
"kayaknya ada yang aneh dengan
Loli. Kita harus menyelidikinya, kak". Loli kembali membuat ulah. Kali ini,
mama yang dibuat terkejut oleh ulah boneka itu. Tiba-tiba saja Loli sudah duduk
dengan manis di meja makan mereka. Mama semula tidak melihatnya ada di sana.
Namun mama berusaha menepis pikiran yang tidak masuk akal. Ia acuhkan saja,
lalu kembali melanjutkan aktifitasnya di dapur. Namun setelah ia kembali ke
ruang makan, loli sudah tidak ada!. Mungkin joan yang mengambilnya,pikirnya.
Tidak cukup dengan pemikiran itu, mama menjadi penasaran, ia memeriksa ke kamar
Joan. Anak itu sedang tertidur pulas. Dan ketika mama melewati ruang tamu,
boneka itu ada di sana. Duduk dengan nyaman di sofa mereka. Sekilas mama
melihat boneka itu terseoyum mengejeknya. "gue heran, kak. Orang -orang bilang keluarga itu
tiba-tiba pindah tanpa alasan yang jelas", cetus Darla. Lalu menghempaskan
tubuhnya ke sofa. "mungkin karena ulah loli", timpal Ronin. Mama
menghampiri mereka. Wajahnya pucat pasi. "kalian harus percaya sama mama", bisiknya
dengan suara bergetar. "dengar. Loli,boneka itu senang
berpindah-pindah". Darla dan Ronin saling beradu pandang. "kami sudah
tahu,ma",timpal Ronin. "semalan dia ada di kamar ronin, tapi kemudian
menghilang". Darlapun menceritakan hal yang sama. "kenapa kalian ga cerita sama mama dan
papa?". "sudahlah ma, kami gak ingin buat mama papa
cemas. Sekarang dimana boneka itu?", tanya darla. "dia di kamu kamu, Ron!. Kamar kamu sudah mama
kunci, ayo kita makan dulu", ajak mama. Alangkah terkejutnya mereka ketika
mendapati Loli, boneka yang senang berpindah-pindah itu kini duduk dengan gaya
khasnya di meja makan!. "mama yakin sudah mengunci kamarku?", bisik
Ronin dengan gemetar. "mama yakin sekali. Ini kuncinya". Mama
menunjukkan kunci kamar Ronin. Merekapun saling pandang. ronin menjadi tidak
sabar. Lalu ia membawa boneka itu keluar dan membuangnya ke tempat sampah.
"sekarang lo gak bisa pindah-pindah lagi sesuka hati lo", gumam
ronin, tersenyum puas.
Tanpa sepengetahuan Ronin, seorang
anak perempuan kecil, berpakaian lusuh dan kumal mengawasi gerak-geriknya.
"kakak!", seru anak itu, mengagetkan Ronin. "kenapa dibuang
bonekanya?", ronin terlihat bingung. Tanpa menunggu jawabannya, anak itu
memungut boneka itu dari tempat sampah. "kakak udah gak sayang lagi qan sama dia. Buat
aku saja!", serunya lalu mendekap boneka itu, melindunginya. "tapi...
Belum sempat Ronin menyelesaikan ucapannya, anak itu berlari cepat sekali.
Ronin tidak mengejarnya. Ia mengangkat bahunya. "mungkin boneka itu hanya
ingin disayang. Tapi, siapa juga yang mau menyimpan boneka yang senang
berpindah-pindah seperti itu?Mungkin dia berada di tangan yang
tepat",gumamnya. Joan sudah melupakan Loli. Papa telah membelikannnya
mainan yang lebih bagus. Sesekali pernah ia menanyakan keberadaan Loli, namun
ia tidak peduli boneka itu sudah dibuang kakaknya. "aku udah bosan dengan boneka", cetusnya…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar